Sosok Pengamen Tunanetra Di Depan Hotel Mutiara I Malioboro

  • Bagikan
Sosok Pengamen Tunanetra Di Depan Hotel Mutiara I Malioboro (Foto.KkP)

Tanganrakyat.id, Yogyakarta – Suasana Yogyakarta yang nyaman dan bersahabat membuat orang – orangpun enggan untuk meninggalkan tempat tersebut, mereka datang  untuk menghilangkan rasa jenuh atau penat setelah seharian melakukan aktifitas rutin.

Di antara ramainya orang berbelanja baik turis dosmestik maupun mancanegara di sepanjang jalan Malioboro di depan Hotel Mutiara I kita akan mendengar alunan musik tradisional Angklung sekilas kita akan menganggap bahwa alunan musik tersebut di lakukan oleh pemusik Profesional, tapi setelah kita melihat secara langsung ternyata alunan musik merdu dan menenangkan hati tersebut di lakukan oleh seorang bapak – bapak tunanetra.

Anak – anak Binaan Dari KRI (Komunitas Relawan Independen) Yang Bergerak Di Kebencanaan, Lingkungan Dan Sosial Sedang Di Latih Untuk Peduli Sesama (Foto.KkP)

Ya beliau bernama Pak Kemat Diaono (68) mengamen di tempat tersebut sudah 20 tahun, menurut saudranya Hadi Sutrisno Pak kemat ini berangkat ngamen dari jam 7.00 WIB pagi sampai dengan Jam 20.00 WIB, dengan di antar jemput olehnya dengan naik becak dari alamat rumahnya di Desa Meco Setu Dadi Bantul , Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul.

“Kemat aku antar naik becak dari rumahnya di desa Meco ke depan Hotel Mutiara I terus nanti malam aku jemput lagi,” ujar Hadi Sutresno yang juga sebagai pengayuh becak di sepanjang jalan Maliobaro tersebut, Minggu (09/06/2019) Pukul 15.07 WIB.

Masih menurut Hadi bahwa saudaranya itu tidak mau menggantungkan hidupnya kepada anak – anaknya. Kemat memilih mandiri dengan menjadi pengamen di Malioboro, dari hasil ngamen kalau di rata – rata sehari mendapat Rp.100.000 ini sedikit di banding dengan 5 tahun kebelakang karena sekarang udah ada pengamen yang memakai alat musik modern.

Kekurangan fisik yang di miliki Kemat juga semangat hidup membuat kita sadar akan pentingnya bersyukur kepada Sang Pencipta, kita yang mempunyai fisik yang sempurna seharusnya jangan mudah mengeluh.

Difabilitas bukan untuk diremehkan, merekapun mampu mandiri juga mempunyai kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri tampa merepotkan orang – orang. (KkP)

  • Bagikan

Comment