Peran Sel Dendritik Terhadap Sistem Imunitas Tubuh

  • Bagikan
Peran Sel Dendritik Terhadap Sistem Imunitas Tubuh (Foto. Red)

Tanganrakyat.id, Bandung-Pandemi covid 19 yang dimulai sekitar awal Maret 2020 sampai saat ini terus berlangsung dan tidak ada yang tahu persis kapan masalah ini bisa diselesaikan. Artinya tidak ada seorangpun yang tahu, kapan setiap orang sudah bisa beraktivitas normal lagi seperti sediakala tanpa harus terikat oleh protokol kesehatan seperti pakai masker, jaga jarak, pembatasan sosial.

Berkaitan dengan hal ini tentu perlu dicarikan jalan tengahnya yaitu masyarakat diizinkan beraktivitas seperti sediakala, namun wajib mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat itu sendiri, termasuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan atau kluster baru.

Dalam kondisi seperti di atas, maka masyarakat harus terus dihimbau dan diingatkan agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan, misalnya rajin mencuci tangan, istirahat yang cukup, berdiam di rumah, menghindari tempat kerumunan, menjaga jarak dengan orang lain serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan multivitamin agar sistem imunitas tubuh tetap terjaga dengan baik. Sebagaimana diketahui bersama bahwa banyak pasien yang berhasil sembuh dari virus corona karena memiliki sistem imunitas yang baik. Oleh karena itu menjaga sistem imunitas tubuh menjadi sangat penting, karena sistem imunitas merupakan benteng tubuh dalam menghadapi berbagai macam patogen atau mikroorganisme parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada tubuh. Patogen berupa virus, bakteri, fungi, protozoa, dan cacing menjadikan tubuh sebagai sel inang, sehingga tubuh perlahan melemah, sakit, dan dapat menimbulkan kematian.

Sistem imunitas pada dasarnya merupakan sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang memiliki peran dalam mengenali dan menghancurkan benda-benda asing atau sel abnormal yang merugikan tubuh. Sistem imunitas ini berbentuk sel-sel tertentu yang berfungsi sebagai pasukan pertahanan tubuh dalam memerangi patogen yang berpotensi menyebabkan gangguan pada tubuh. Saat Patogen masuk ke tubuh, antigen atau molekul yang terletak pada dinding sel bakteri atau lapisan organisme, merangsang sistem imunitas untuk menghasilkan antibodi untuk melawan dan melindungi tubuh. Sistem imunitas ini berlapis-lapis dan dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem imunitas nonspesifik dan sistem imunitas spesifik.

Namun sekuat apapun sistem imunitas, tidak semua patogen dan antigen dapat ditaklukkan oleh imunitas tubuh, sehingga dibutuhkan bantuan untuk melawan patogen dan antigen yang kuat dengan apa yang selama ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan antibiotik. Antibiotik digunakan oleh tubuh sebagai bala tentara bantuan untuk melawan patogen dan antigen, khususnya yang berjenis bakteri. Oleh karena itu saat seseorang sakit dan oleh dokter diberi obat antibiotik, maka obat tersebut harus diminum sampai habis agar bakteri yang masuk ke tubuh pada mati. Kalau tidak dihabiskan, bakteri bisa bermutasi dan membuatnya semakin kuat. Kalau patogen sudah bermutasi, patogen bisa menyerang berbagai spesies makhluk hidup.

Di balik setiap peristiwa selalu ada hikmah yang bisa dipetik, dan salah satu hikmah dari pandemi covid 19 yang kita alami sampai dengan saat ini adalah banyaknya informasi dan pengetahuan terkait berbagai perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, farmasi, dan bioteknologi. Salah satunya terkait dengan sistem imunitas dan berbagai pendekatan imunologi yang terus dikembangkan untuk dapat diterapkan sebagai bagian dari pengelolaan wabah yang bersumber dari mikroba patogen, dalam hal ini virus.

Relevan dengan apa yang disampaikan di atas, tentu sangat menarik jika menelisik tulisan indah dari Dr. Tauhid Nur Azhar yang membahas respon imun dan efektornya dalam proses pengenalan patogen dan dapat menjadi acuan dalam mempelajari bagaimana cara bekerjanya sistem imun. Salah satu mekanisme yang amat menarik dalam proses pengenalan (identifikasi) dan stimulasi respon imunitas berjenjang adalah peran dari mekanisme yang dikenal sebagai APC (antigen presenting cell). Adapun elemen dari sistem imunitas yang terlibat dalam mekanisme APC ini antara lain adalah sel dendritik, makrofag, dan juga sel limfosit B. Sebagai sel APC profesional sel dendritik memiliki mekanisme kerja yang cukup kompleks dan menarik untuk dipelajari.

Secara umum jika terdapat suatu pajanan antigen tertentu yang masuk ke dalam tubuh manusia, sel dendritik akan “menangkap” dan “menelan” antigen yang diduga merupakan patogen yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Proses tangkap telan itu dinamai fagositosis atau endositosis. Setelah antigen ditelan, maka antigen akan ditempatkan di dalam suatu kantong khusus di sel dendritik yang dinamai fagosom. Selanjutnya setelah sel dendritik menelan antigen, ia akan kembali ke markas besarnya yaitu kelenjar limfa regional untuk seterusnya memproses “tahanan” yang telah ditangkap rekannya tersebut.

Di dalam fagosom sel dendritik, antigen akan diproses dengan cara meleburkannya dengan kantong lain yang bernama lisosom. Dimana akan terbentuk suatu struktur baru bernama fagolisosom. Di dalam fagolisosom itu antigen (dari virus) akan dipotong-potong menjadi peptida yang terdiri dari 7 sampai dengan 14 asam amino. Proses pemotongan itu dilakukan oleh enzim Protease yang semula terdapat di lisosom.

Sementara itu secara paralel, di dalam sel dendritik ada organela lain yang juga giat bekerja dan teraktifkan dengan kehadiran antigen tadi. Organela itu adalah retikulum endoplasma yang sibuk memproduksi molekul-molekul yang bernama Major Histocompatibility Complex atau MHC, tepatnya MHC kelas II. Antigen yang diproses oleh sel dendritik sebagai APC profesional adalah antigen yang berasal dari luar ekosistem alias bersifat eksogenous. Selanjutnya molekul MHC-II yang diproduksi oleh retikulum endoplasma akan dipindahkan ke organela lain yang bernama aparatus golgi dan ditempatkan dalam kantong (vesikel) khusus. Vesikel berisi molekul MHC-II akan bergabung dengan endosom berisi peptida hasil pemotongan di fagolisosom, lalu gabungan keduanya akan menghasilkan kompleks MHC-II+Peptida yang akan diekspresikan ke permukaan sel dendritik melalui mekanisme yang menyerupai proses eksositosis.

Kompleks peptida MHC-II inilah yang akan dikenali oleh sel-sel T Penolong Naif atau Limfosit T-CD4+, kerap dikenal pula sebagai sel Th0. Proses berikutnya, peptida antigen virus akan berikatan dengan reseptor sel T (TcR) dan MHC-II akan berikatan dengan molekul CD4 di permukaan sel Th0. Kemudian ikatan ini akan mengaktifkan sel limfosit CD4 atau sel T Penolong yang akan mengaktifkan proses polarisasi fungsi dari sel Th0 untuk menjadi sel T Penolong 1 (Th1), Th2, dan sel T Memori. Proses ini juga disertai dengan terjadinya produksi sitokin atau zat komunikator sel. Sitokin yang diproduksi pada jalur polarisasi Th2 antara lain adalah: IL-4, 5, 6, 10, dan 13. IL adalah singkatan dari interleukin.

Melalui jalur Th2 dengan bantuan IL-4 dan IL-13 yang berikatan dengan reseptornya di sel limfosit B akan terjadi proses yang dinamakan isotype switching yang akan menghasilkan molekul antibodi spesifik. Dimana molekul antibodi khas, imunoglobulin G/IgG, yang diproduksi sel B dapat berperan sebagai elemen sistem imunitas spesifik terhadap patogen yang telah disajikan oleh sel-sel dendritik.

Itulah sekilas kisah tentang kecanggihan sistem imunitas tubuh yang diwakili oleh peran sel dendritik yang unik. Meskipun tulisan mungkin masih dipandang terlalu singkat, tetapi besar harapannya bisa bermanfaat dalam menambah wawasan dan khazanah keilmuan di bidang kesehatan sebagai bagian dari upaya untuk mensyukuri anugerah Tuhan yang telah mengaruniai umat manusia dengan berbagai sistem tubuh dan berbagai mekanisme kerjanya yang istimewa.

Semoga kita semua dan para pembaca sekalian dianugerahkan kesehatan dan keselamatan di tengah berbagai musibah yang melanda dunia saat ini. Aamiin YRA. (Red)

  • Bagikan

Comment