Tanganrakyat.id, Indramayu-Warga masyarakat Desa Jangga, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu Jawa Barat mulai resah dan juga geram, hal ini mengingat kematian seorang warga di Desa tersebut yang sudah hampir 3 bulan belum ada titik terang.
Adalah Hendra Jaya Kusuma (27) yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang Bakso Tusuk meninggal diduga dibunuh, ini terlihat dari kondisi jenazah yang mengenaskan seperti saat ditemukan di areal pesawahan di Desa Krimun, Kecamatan Losarang dalam kondisi tanpa busana pada 27 Juli 2021 yang lalu, terlihat Kepala retak, kaki kiri terlihat patah, Tubuh dan wajah penuh luka. Hal ini diterangkan oleh Wiwin, masyarakat Relawan peduli Kasus Kematian almarhum Hendra.
“Kami “Masyarakat Relawan peduli Kasus Kematian almarhum Hendra” yang terdiri dari Karang Taruna Desa Jangga, Karang Taruna Kecamatan Losarang dan KNPI DPK Losarang dan seluruh Karang Taruna Desa se-Kec. Losarang merasa prihatin, berharap agar kasus ini dapat segera terungkap sehingga bisa menemukan titik terang siapa pelaku dan motif apa yang menjadi alasan pelaku melakukan pembunuhan tersebut,” ujar Wiwin dengan nada garam, Senen (15/11/021).
Masih menurut Wiwin, disamping itu kami, siap memberikan Support sepenuhnya kepada pihak kepolisian dalam menjalankan proses hukum kasus tersebut. Kami melihatnya dari sisi kemanusiaannya, perlu diketahui bersama bahwa Hendra ini sebagai tulang punggung keluarganya, saat ini istrinya Melani (24) sangat berharap pembunuh suaminya segera diketemukan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, ini negara hukum dan harus dihukum sambil mengendong anaknya yang baru berumur 4 tahun.
Hal senada juga diungkapkan orang tua korban, Taryana alias Masa (51) pembunuhan anak saya harus diketemukan apapun resikonya, Polisi harus bisa menangkap pembunuh anak saya.
“Dari kecil saya sayang-sayang, sudah besar enak aja orang main bunuh, ini kan negara hukum, hukum harus tegakan, hayoo Pak Polisi Bantu kami rakyat jelata ini, ” ujar Taryana.
Direktur PKSPD (Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah) 0’ushj. dialambaqa menanggapi kasus diatas, jika tak salah ingat, disalahsatu grup WA ada dishare donasi uang untuk menyelesaikan kasus pembunuhan tukang bakso Desa Jangga. Inisiatif donasi itu oleh perkumpulan pemuda setempat dengan alasan penyelesaikan kasus untuk membayar pengacara.
PKSPD prihatin dan nglangut jika hal donasi tersebut benar. Kepedihan saya dengan PKSPDnya, masa iya kok di Indramayu tidak ada pengacara dan atau lembaga bantuan hukum seperti YLBHI dengan Asfinawatinya dan atau Lokataru dengan Haris Azharnya.
“Betapa prihatin dan sedih jika orang-orang seperti Afinawati, Haris Azhar dkk tidak ada ruhnya di Indramayu, sehingga harus mengetuk donasi untuk bayar pengacara,” tegas 0’ushj.dialambaqa, Senen (15/11/2021) yang lebih dikenal dengan nama Pak Oo.
Masih menurut Pak Oo, jika kasus pembunuhan tersebut tidak tersentuh Polres Indramayu dan atau tidak bisa terbongkar, maka indikasi kuatnya adanya ketidakseriusan Polsek dan atau Polres, sehingga publik kemudian berspekulasi bahwa komitmen petinggi Polri di atas hanya sebatas retorika politis dan atau jargon merdu atas presisi.
Untuk itu, solusinya adalah wadah pemuda setempat yang ada dan bersama-sama orang-orang yang mengklaim dirinya tokoh, tokoh apapun namanya dan dari kalangan apapun namanya, harus mengawal penuntasan. kasus tersebut. Salah satu cara yang harus gigih diperjuangkan adalah bentuk pengawalan kasus tersebut dengan meminta kejelasan penanganan kasus tersebut.
Jika kemudian Polres tidak merespon dialog tersebut, maka tidak ada cara lain harus dengan ekstra parlementer (demo) secara masif dan terus menerus karena Polres tak mau peduli dan Dewan juga tuli dan buta melihat kasus tersebut. Jadi semua saluran hukum dan mekanisme prosedural yang ditempuh sudah terbentur tembok kekuasaan yang bisu tuli. Tentu, ekstra parlementer itu harus tidak anarkis dan mampu menjaga ketidakricuhan yang diakibatkan oleh banyak faktor dan banyak hal situasi di medan demo.
Jika itupun belum juga didengar oleh Polres, tentu upaya lainnya adalah mendesak Kapolda dan Kapolri untuk turun tangan, karena tanpa campur tangan petinggi yang di atas, kasus tersebut indikasinya tenggelam.
Polres sekarang tentu masih bisa berapologi dan beralibi bahwa untuk mengungkap kasus pembunuhan tersebut butuh waktu yang relatif lama, tapi persoalannya adalah apakah apologi dan alibi kinerja seperti itu pernah dijelaskan ke mereka atau ke media massa sebagai penyambung lidah komunikasi dua arah? Itu soalnya. Karena tidak mungkin Polisi tidak bisa dan atau tidak mampu mengungkap kasus pembunuhan tersebut jika itu persoalan kriminal murni, terkecuali kasus pembunuhan yang berelasi politis atau ada relasi kepentingan dan atau motif politis tertentu, seperti percobaan pembunuhan yang dialami Direktur PKSPD yang kasusnya tidak mampu dibongkar alias tenggelam begitu saja tanpa azas legalitas, dimana peristiwanya terjadi pada hari Minggu petang, +/- pk. 18.30an WIB, 23 Januari 2011 hingga kini 2021 tanpa jejak penciuman yang mampu diungkap polisi atau Polres.
Baca juga: Melawan Lupa Tragedi Kemanusiaan Percobaan Pembunuhan Direktur PKSPD
Diketahui sebelumnya, warga di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu digegerkan dengan penemuan mayat laki-laki tanpa busana, Selasa (27/7/2021).
Mayat tersebut oleh warga ditemukan di jalan pinggir pesawahan.
Namun, yang membuat warga terkejut adalah ketika melihat kondisi tubuh korban yang kepalanya retak dan mengenaskan. (Red)
Comment