Indonesia Transisi Menuju Energi Bersih

  • Bagikan
Robi Juandry Sekjen DEM (Foto: Red)

Tanganrakyat.id, Semarang – Relokasi subsidi LPG yang digunakan untuk insentif penggunaan kompor listrik sesuai peruntukan tarif tenaga listrik agar biaya memasak lebih murah daripada menggunakan LPG.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo pada 16 November silam, permasalahan _over supply_ listrik dan impor LPG yang semakin meningkat dapat diselesaikan melalui kebijakan konversi kompor gas ke kompor listrik.

Impor LPG terus meningkat. Pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp75 triliun dengan asumsi ICP USD 95 per barel dan terus meningkat pada 2025 menjadi Rp102,5 triliun, hal ini diungkapkan oleh Robi Juandry Sekjen DEM) (Dewan energi mahasiswa).

“Kondisi geopolitik dunia yang tidak stabil menyebabkan harga migas dunia tidak stabil untuk dapat kita menuju kedaulatan energi nasional dengan transisi energi berbasis energi domestik,” ujar Robi Juandry, Sabtu (9/4/2022) melalui pesan elektronik.

Lebih lanjut Robi mengatakan dengan melihat harga ICP terkini, diperkirakan subsidi LPG yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 11.000 per kg. Dengan adanya relokasi, pemerintah akan menghemat Rp 3.597 (dari pelanggan 450 VA) dan Ro 4.963 (dari pelanggan 900 VA) untuk setiap 1 kg LPG yang terkonversi.

Persepsi kompor gas lebih murah, karena disubsidi oleh pemerintah. Padahal, harga keekonomian kompor LPG per kilogram senilai Rp18.000, sementara kompor listrik 7,19 kWh senilai Rp 10.387.

Terkait efisiensi energi, penggunaan energi dari kompor induksi mencapai 74,03 persen, sementara kompor gas sebesar 38,55 persen.

Robi juga menegaskan dalam kongres II DEM Indonesia yang digelar di Semarang beberapa hari yang lalu, kongres kami tersebut mengusung tema sinergi kebaikan kedaulatan energi menuju Indonesia emas 2045. yang isinya diantaranya mendukung transis energi dan momentum G20 dan mendukung adanya implementasi transis energi dr energi berbasis impor ke domestik. (Yul)

  • Bagikan

Comment