Tingginya Kebutuhan Energi Global, Menteri Sekretaris Negara Apresiasi Proyek Gas JTB

  • Bagikan
Tingginya Kebutuhan Energi Global, Menteri Sekretaris Negara Apresiasi Proyek Gas JTB (Foto : Red)

Tanganrakyat.id, Bojonegoro – Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, dan Wakil Menteri BUMN 1, Pahala Mansury, melakukan kunjungan kerja ke lokasi Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (29/08). Kunjungan ini untuk melihat perkembangan dari proyek yang akan menjadi salah satu penghasil gas terbesar di Indonesia.

Mensesneg dan Wamen 1 BUMN mengikuti paparan terkait status proyek yang saat ini tengah dalam proses gas-in. Paparan materi disampaikan oleh Pjs. General Manager Gas Project JTB, Ruby Mulyawan. Tak hanya memberikan pemaparan terkait teknis proyek, namun Ruby juga menyampaikan berbagai program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh PEPC di sekitar Bojonegoro. Selain itu, disampaikan pula status HSSE performance hingga Agustus 2022 di mana JTB telah mencatatkan jam kerja selamat lebih dari 58 juta jam.

Ketika menjawab pertanyaan terkait gas JTB Mensesneg menerangkan bahwa dalam skala global, saat ini terjadi kebutuhan energi yang cukup besar, salah satunya karena dampak dari perang Ukraina dan lainnya.

Kebutuhan gas domestik juga meningkat luar biasa sejalan dengan kebijakan Presiden untuk industrialisasi dan hilirisasi. “Itu artinya kita harus memproduksi gas secara besar, terlebih gas memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan energi fosil lainnya,” terangnya.

Pratikno menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek ini; pada Pertamina dan anak perusahaan nya, BUMN, dan SKK Migas yang telah bekerja keras untuk mempercepat produksi ini. “Ini akan mendukung kebijakan nasional kita dalam suplai energi yang emisinya lebih rendah,” tambahnya.

Sementara, Wamen BUMN 1, Pahala Mansury, mengharapkan Gas on Stream (GoS) dari JTB nanti dapat berjalan lancar setiap tahapnya. Rencananya GoS akan dilaksanakan 20 persen dari total produksi. Kemudian Pahala juga mengharapkan fasilitas yang lain dapat selesai sehingga bisa naik di angka 40 persen dan selanjutnya di November nanti bisa mencapai angka penuh 100 persen. “Kita dari Kementerian BUMN tentunya selalu mengawal semua pihak yang terlibat baik itu dari internal BUMN sendiri seperti PT Rekayasa Industri (Rekind) yang merupakan EPC di proyek ini untuk bisa berkoordinasi dengan baik bersama para vendor lain dan memastikan proses GoS bisa berjalan dengan lancar dan aman,” ungkapnya.

Menurutnya, proyek JTB ini strategis bukan hanya pada sektor energi, namun juga untuk sektor pangan juga memiliki peran strategis seperti pupuk. Ditambahkannya, jumlah industri di Pulau Jawa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Khususnya dengan pengembangan kawasan industri di jalur utara pulau Jawa. Terlebih, saat ini pipa Gresik – Semarang (Gresem) juga sudah siap. “Project JTB ini sangat strategis bagi pengembangan kawasan industri di Pulau Jawa ini,” ujarnya.

Rencananya Proyek JTB yang dioperatori oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12, Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina ini dalam waktu dekat akan melakukan Gas on Stream (GoS) yang merupakan tonggak penting menuju fase produksi bagi JTB yang juga merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor energi.

Pada kunjungan kali ini, Mensesneg dan Wamen BUMN 1 juga menyempatkan untuk menyerahkan secara simbolis beberapa program pengembangan masyarakat (PPM) yang telah dilaksanakan oleh PEPC JTB. Hadir pada kesempatan ini perwakilan dari Ademos, IDFoS dan Paratazkia yang menerima program sebagai mitra pelaksana maupun mitra pendamping.

Ademos yang merupakan mitra pelaksana program pengurangan jejak emisi karbon, sementara IDFoS Indonesia sebagai pendamping program agrosilvopastura berbasis kawasan hutan bersama masyarakat, dan Yayasan Paratazkia sebagai pendamping program Desa Siaga Emergency Kebencanaan atau Desaem.

Proyek JTB selama pengerjaannya secara keseluruhan telah menyerap hampir 5 ribu tenaga kerja lokal. Puncak tertinggi penyerapan tersebut terjadi pada bulan April 2021 lalu. Kini, seiring dengan menurunnya jumlah pekerjaan di proyek, secara bertahap kebutuhan naker juga mulai berkurang.

Proyek gas JTB ini akan memproduksi sales gas sebesar 192 MMSCFD yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gas di kawasan Jawa Timur maupun Jawa Tengah. Gas JTB ini juga sebagai salah satu pengejawantahan strategi dari Pertamina untuk menunjang program transisi energi dalam bentuk komersialisasi gas sebagai energi baru. (Red)

  • Bagikan

Comment