Jeritan Hutan Inhil: Kita Sedang Mewariskan Bencana Kepada Anak Cucu

  • Bagikan
Muridi Susandi (Foto: Red)

Indragiri Hilir, tanganrakayat.id – Hutan di Kabupaten Indragiri Hilir kembali menjadi sorotan tajam. Di tengah gegap gempita pembangunan dan ekspansi ekonomi, kawasan hijau yang seharusnya menjadi penyangga kehidupan justru terus menyusut, dihimpit praktik ilegal logging dan konversi lahan berskala besar untuk perkebunan kelapa sawit.

Ironisnya, keuntungan dari eksploitasi tersebut hanya mengalir kepada segelintir pihak berkepentingan, sementara masyarakat dan lingkungan memikul beban terberat. Pepohonan yang dulu berdiri tegak sebagai penjaga keseimbangan alam kini digantikan barisan tanaman monokultur yang kian menggerus ruang hidup flora dan fauna.

Banyak pelaku industri dan investor dari luar daerah yang datang membawa modal, namun lupa meninggalkan kepedulian terhadap masa depan lingkungan dan generasi penerus. Mereka berlomba-lomba memperluas lahan tanam, tanpa memedulikan dampak jangka panjang yang timbul akibat hilangnya hutan primer maupun sekunder.

Padahal, bencana ekologis telah berulang kali memberi peringatan. Banjir yang semakin sering datang, tanah longsor yang merusak pemukiman, serta kekeringan yang menghantam mata pencaharian warga merupakan tanda bahwa alam sedang berteriak. Sayangnya, peringatan itu seperti dibiarkan berlalu tanpa tindakan berarti.

Baca juga:

Kang Supardi, Wartawan Muda Penuh Berkah

Lebih menyedihkan lagi, pihak yang seharusnya menjadi benteng perlindungan hutan sering kali memilih bungkam. Ada yang terkesan menutup mata, ada pula yang duduk di kursi kekuasaan namun membiarkan pelanggaran terulang. Jabatan yang sejatinya adalah amanah publik, berubah menjadi tameng bagi segelintir kepentingan tertentu.

Sementara itu, wartawan dan aktivis lingkungan yang berusaha membuka tabir kerusakan justru menghadapi intimidasi dan tekanan. Alhasil, banyak informasi penting terkait perusakan hutan yang tidak pernah sampai kepada masyarakat luas.

Kerusakan hutan bukan sekadar hilangnya pohon. Ia berarti berubahnya struktur ekosistem, menurunnya keanekaragaman hayati, serta hilangnya sumber penghidupan masyarakat adat dan lokal. Jika dibiarkan, Indragiri Hilir berada dalam ancaman kehilangan masa depan yang layak.

Baca juga:

PT KPI RU VI Balongan Gelar Sosialisasi Penanggulangan Terorisme & Radikalisme

Hutan bukan sekadar aset alam, tetapi titipan berharga bagi anak cucu. Merusaknya sama saja dengan merusak peradaban.

Pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab moral untuk menghentikan praktik perusakan hutan. Ilegal logging harus ditindak tegas. Konversi lahan yang merusak harus dikendalikan. Transparansi dan keberanian bersikap adalah hal yang paling dibutuhkan saat ini.

Jika kita membiarkan segelintir orang merampas hutan demi keuntungan instan, maka jangan heran bila bencana akan menjadi tamu rutin setiap tahun. Lebih parah lagi, generasi mendatang akan mewarisi kehancuran ekologis yang seharusnya dapat kita cegah sejak hari ini.

Saat ini, Indragiri Hilir berada di titik krusial, apakah akan memilih keberlanjutan atau kehancuran? Jawabannya tidak hanya bergantung pada pemerintah atau aparat, tetapi juga pada seluruh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

Pilihan tetap berada di tangan kita semua. Jika alam kita jaga hari ini, maka anak cucu masih memiliki harapan pada masa depan yang lebih baik.

Oleh: Muridi Susandi
Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Wartawan Online (PW-IWO) Provinsi Riau

Penulis: Muridi Susandi
  • Bagikan

Comment