Warga Jayawinangun, Keluhkan Lamban Kinerja Kuwunya

  • Bagikan
Warga Jayawinangun, keluhkan Lamban kinerja kuwunya. (Foto. Red).

Tanganrakyat.id, Indramayu – Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjadi ironi karena fenomena korupsi yang terjadi dari hulu ke hilir. Padahal dana desa adalah salah satu pendanaan penting dalam memacu geliat ekonomi di desa dan mereduksi kesenjangan.

Presiden Joko Widodo saat membuka Rakornas Pengawasan Internal Pemerintahan tahun 2017 di Jakarta menegaskan urgensi pengelolaan dan pengawasan dana desa. Terkait hal ini, beralasan jika pemerintah meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk ikut mengawasi sistem pengelolaan Dana Desa yang disalurkan ke berbagai daerah.

Argumentasi yang mendasarinya adalah karena anggaran dana desa terus meningkat tiap tahun, Dari Rp 20,8 triliun, naik menjadi Rp 47 triliun, dan tahun ini hampir sebesar Rp 60 triliun bahkan lebih. Oleh karena itu, ketepatan penggunaan dana desa menjadi penting karena aspek kemanfaatannya yang diharapkan tidak hanya bisa memacu geliat ekonomi di desa tapi juga harapan mereduksi kesenjangan sehingga sinkron dengan komitmen Otonomi Daerah (Otda).

Namun faktanya masih ada saja kepala desa yang belum bisa menerapkan anggaran tersebut dengan tepat sasaran, sehingga desa tersebut tidak bisa bersaing dengan desa-desa tetangga.

Seperti yang terjadi di Desa Jayawinangun Kecamatan Kedokan Bunder Kabupaten Indramayu menjadi viral karena pengalokasian Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD) dinilai jauh dari keterbukaan informasi publik.

Pasalnya desa yang terbilang kecil ini selalu tertinggal oleh desa-desa lain nya, khususnya di Kecamatan Kedokan Bunder Kabupaten Indramayu, seperti Pembangunan Infrastruktur, desa yang hanya memiliki beberapa jalan gang ini belum ada satu pun jalan yang diperbaiki dengan menggunakan cor beton, padahal anggaran yang di gelontorkan oleh pemerintah tidak sedikit.

Seperti yang di jelaskan oleh Badru warga setempat, “Semenjak awal kuwu ini dilantik belum ada jalan yang di perbaiki dengan cor beton, sedangkan di desa-desa lain sedang berlomba membangun desa nya dengan mengecor semua jalan di setiap gang.

Hal yang sama di sampaikan warga desa Jayawinangun lainnya, Muhidi (35) mengatakan, “di desa lain hampir semua jalan di cor, tapi desa saya perasaan belum ada satu jalan pun yang di bangun dengan menggunakan cor Beton, lalu dikemanakan anggaran dari pemerintah,”ujarnya.

Saat tim wartawan tanganrakyat.id akan mengkonfirmasi hal tersebut ke Kuwu Desa Jayawinangun, tapi Kuwu tidak berada di kantornya.

Sampai saat ini belum ada tanggapan atau kejelasan dari Kuwu dan perangkat desa lainnya tentang keluhan warganya. (C.tisna/tim).

  • Bagikan

Comment