Penunjukan Giat Pelantara di Pesantren Al Islah Tajug Indramayu Kepada Santri Diduga Tidak Transparan

  • Bagikan
Pondok Pesantren Al Islah Tajug Sudimampir Indramayu (Foto : Iman Santoso, ST)

Tanganrakyat.id, Indramayu – Pondok Pesantren Al Islah Tajug dalam memberangkatkan anak-anak Santri dalam mengikuti  giat Pelantara (Pelayaran Lingkar Nusantara) yang bekerjasama dengan TNI Angkatan laut diduga dalam perekrutannya ataupun penunjukan kepada Santri maupun Santriwati tidak transparan hal ini seperti disampaikan oleh wali santri kepada redaksi media www.tanganrakyat.id

Seperti yang diungkapkan oleh orang tua wali Santri KP, banyak orang tua santri yang mengeluh terkait ketidakterbukaan Pondok Pesantren dalam penunjukan Pelantara, seperti Koordinator Ketua Pramuka yang selalu aktif disetiap kegiatan malah tidak diberangkatkan dengan alasan yang tidak jelas. Santri yang tidak aktif  di berbagai kegiatan Pramuka malah ditunjuk, diduga pihak pondok menunjuk orang – orang yang ada kedekatan dengan santri atau pada orang tua wali santri yang secara ekonomi mampu, ini sangat disayangkan, jadi santri – santri yang selama ini ikut membesarkan nama pondok malah tidak dipakai dalam giat tersebut. Ada lagi  dalam pelayanan administrasi / atau bendahara kadang-kadang santri sudah bayar tiap bulan ataupun pembayaran lainnya tapi setiap mau liburan atau perpulangan pasti ditagih lagi, hingga terjadi keributan antara orang tua wali santri  sama bendahara, setelah hal ini dikroscek ulang ternyata benar sudah dibayar.

“Sangat disayangkan padahal Pondok Pesantren sekelas Al Islah Tajug yang termasuk lumayan bagus cuma dari segi administrasi kurang bagus alias perlu dibenahi sesegera mungkin. Yang kayak gini tidak bisa dibiarkan karena akan menjadi kebiasaan buruk dikemudian hari,” Ucap KP. Rabu (23/11/2022) melalui sambungan selular.

Baca juga :

Ponpes Al Islah Tajug Terjunkan 40 Santri Tampil Di HUT RI Ke – 74 Tingkat Kecamatan Balongan

Menurut admin Al Islah Tajug dimedia sosial  saat dikonfirmasi oleh admin resmi media www.tanganrakyat.id soal Pelantara mengatakan cukup mudah syaratnya  “yang minat dan yang mendapat izin orang tua. Dapat amanat dari Lanal Cirebon malam Senin. Malam itu juga data peserta ditunggu. Hari Selasa sudah berangkat ke Jakarta. Jadi tidak ada waktu banyak menyeleksi peserta. Kunci utama izin orang tua.

Lanjut admin Al Islah Tajug dimedia sosial  menjawab ,”makanya Bapak, jangan menelan mentah-mentah informasi sepihak. Namanya juga anak-anak, mereka belum dewasa. Dimaklumi, mereka mungkin ada rasa iri, dsb. Klarifikasi/tabayyun menjadi kuncinya,”.

Suasana Pondok pesantren Al Islah Tajug Indramayu Jawa Barat (Foto : Iman Santoso, ST)

“Hal ini pihak Al Islah Tajug seolah-olah tidak terima jika ada  orang wali santri menanyakan terkait hal perekrutan Pelantara tersebut. Ini sangat disayangkan oleh orang tua wali santri, padahal jika transparan dan orang tua wali santri  dihubungi  untuk minta izin, atau pemberitahuan lewat website ataupun medsos yang Ponpes miliki tentu akan lain ceritanya.

Komplen tersebut tidak mungkin terjadi, itu salahsatu saja yang terjadi di Pondok Pesantren Al Islah Tajug belum soal admistrasi juga amburadul  tidak baik-baik saja dan sangat perlu diperbaiki secepatnya,” ucap KP.

Menanggapi hal tersebut salahsatu Ustads  di Pondok Pesantren Al Islah Tajug Ustads  M.Adi Suja’i, SE., M.Pd.
menyebutkan  dalam penunjukannya tidak ada kreteria khusus yang penting nurut saja, yang utama santri nurut serta dapat izin dari orang tua.

“Terus kalau saya tunjuk ke orang tua wali santri dan ternyata orang tua tersebut tidak mampu, nanti malah jadi beban disana. Bayar bulanan saja belum, tiba-tiba suruh bayar biaya Pelantara kan kasihan,” ucap Sujai, Rabu (23/11/2022) saat dikonfirmasi oleh media www.tanganrakyat.id

Lanjut Sujai mengenai pembayaran yang sudah bayar terus ditagih lagi, mohon maaf itu adalah kekurangan kami, mudah-mudahan kedepan segera kita perbaiki. Dan kalau ada kesalahan secara pribadi saya minta maaf,” tutupnya.

Baca juga :

KH Said Aqil Sirodj: Halal Bi Halal merupakan ciri khas Islam Nusantara

Pemerhati masalah sosial O’ushj.dialambaqa dan juga Direktur PKSPD (Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah) menanggapi ketidakprofesional Management di Pondok Pesantren Al Islah Tajug mengatakan, Islam mengajarkan kepada  kita untuk hal kejujuran, integritas, keterbukaan, transparansi, akuntabel, demokrasi dan seterusnya.

Ponpes Al Islah Tajug yang ada di Sudimampir Indramayu Jawa Barat seharusnya menjaga khittah tersebut, dan harus kembali ke khittah tersebut.

Pemerhati masalah sosial O’ushj.dialambaqa dan juga Direktur PKSPD (Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah) Foto : Dok.Pribadi

Penjelasan pihak ponpes dengan alasan ada biaya untuk kegiatan tersebut, sedang ada siswa yang belum bayaran dan akan menjadi beban tambahan jika harus ikut, itu menjadi bahan pertimbangan ponpes.

“Jika alasannya seperti itu memang logis, tetapi persoalannya adalah mengabaikan khittah tadi yang kita sebutkan di muka, ditambah dengan alasan yang mendua, yaitu tidak cukup waktu untuk menyeleksi, minta izin orang tua, ada biaya dan seterusnya, sehingga rupanya kegiatan Pelantara merupakan program kegiatan “dakir (dadak mikir)”. Jadi alasan yang melompat-lompat itu yang menjadi problem dan menjadi persoalan,” terang O’ushj.dialambaqa, Kamis (24/11/2022) yang lebih dikenal dengan nama Pak Oo.

Masih menurut Pak Oo, semua info memang harus tidak ditelan mentah-mentah, konon harus tabayun. Pertanyaannya adalah jika harus bertabayun, di mana tidak semua orang tua siswa bisa melakukan itu, mengapa tidak memilih jalan yang paling memungkinkan untuk transparansi dalam memberikan informasi, seperti pihak pondok pesentren menerbitkan surat pemberitahuan resmi kepada para orang tua siswa, yang dibackup dengan informasi yang terbuka itu dimuat dalam website pondok pesantren, sehingga kesalahpahaman, dan kejujuran tersebut tetap bisa terjaga.

Jika ada sebagian orang tua siswa kemudian salah tafsir  ya tentu wajar, tetapi menjadi sangat tidak wajar jika ponpes mengatakan jangan telan mentah-mentah informasi yang disampaikan siswa kepada orang tuanya. Lho jadi bagaimana itu, pihak ponpes kok tidak percaya dengan anak didiknya. Pertanyaannya, jadi bagaimana cara mengajarkan kejujuran, integritas dan seterusnya jika dibantah sendiri.

Dalam hal administrasi, wong sudah era teknologi digital kok masih mau pakai sistem.zaman batu. Jika kita masih dalam era peradaban zaman batu, ya itu wajar, tapi ini sudah generasi milenial, dimana ponpes, suka tidak suka, mau tidak mau, sudah harus masuk pada era sistem digitalisasi yang memberi ruang keterbukaan atau transparansi. Itu menjadi penting, karena itu akan menjadi barometer kepercayaan publik.

Ponpes harus bisa memberikan keteladanan soal bagaimana sistem administrasi yang baik dan profesional karena Islam mengajarkan itu semua.

Baca juga :

Dua Santri Ponpes Al-Ishlah Tajug Ukir Prestasi Dalam Kejuaraan Taekwondo ITN Open IV

Bertabayun itu menjadi keharusan, tetapi jika transparansi itu terjaga. Alasan yang aneh, jika orang tua disuruh tabayun, tetapi persoalan realistik atau tidak, dalam klaim alasan pembenaran akhirnya menjadi kacau balau, terpatahkan sendiri, pungkas Oo.

Penulis: Iman Santosa, STEditor: Deni
  • Bagikan

Comment