Mengenal Pemimpin Pasukan Setan di Bumi Wiralodra

  • Bagikan
M.A Sentot putra daerah lahir di Blok Lapangan Bola Desa Plumbon Indramayu pada 17 Agustus 1925. M.A Sentot merupakan anak keempat dari pasangan H. Abdul Kahar dan Hj. Fatimah. (Foto: Dokumen keluarga M. A. Sentot)

Tanganrakyat.id, Indramayu-Bulan Agustus adalah bulan paling bersejarah bagi Bangsa Indonesia, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, saat Ir Soekarno dan Muhammad Hatta membacakan proklamasi, bangsa Indonesia saat itu telah menjadi bangsa yang merdeka.

Saat zaman kemerdekaan, pahlawan nasional dari berbagai penjuru tanah air berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

M.A Sentot dalam perjuangannya bersama pasukannya saat melawan penjajah dikenal dengan Pasukan Setan (Foto: Doukumen Keluarga M. A. Sentot)

Salah satu pahlawan di Kabupaten Indramayu adalah sosok pejuang bernama M.A Sentot yang dalam perjuangan melawan penjajah dikenal sebagai Pasukan Setan.

M.A Sentot sendiri merupakan putra daerah Indramayu lahir di Blok Lapangan Bola Desa Plumbon Indramayu pada 17 Agustus 1925. M.A Sentot merupakan anak keempat dari pasangan H. Abdul Kahar dan Hj. Fatimah.

Sosoknya yang berani, sudah terlihat sejak menginjak remaja. M.A. Sentot sudah terlihat memiliki jiwa nasionalisme.

Dia menyadari benar keadaan rakyat Indonesia (dahulu bernama Hindia Belanda) yang sedang terjajah. Panggilan jiwapun bangkit untuk melawan penjajah.

Pada jaman penjajahan Belanda, M.A Sentot mengenyam pendidikan di HIS Indramayu. Pada jaman penjajahan Jepang, ia masuk PETA mengikuti pendidikan Shodantjo dan selepas itu menjadi Shodantjo di Daidan Majalengka dan Indramayu.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta, M.A Sentot masuk BKR. Setelah itu, BKR terus berganti nama mulai dari TKR, TRI, hingga kemudian beralih nama menjadi TNI.

Kala itu, ia memulai karier dengan pangkat Letnan Satu. Kemudian naik menjadi Kapten dan menjadi Komandan Kompi. M.A Sentot bergerilya selama perang kemerdekaan melawan Belanda yang mencoba kembali menjajah Indonesia.

Saat perjuangan kemerdekaan, M.A Sentot memimpin pasukan di berbagai daerah seperti Desa Lohbener, Larangan, Cikedung, Jambak, Penganjang, Bugel dan Bongas.

Dalam berbagai penghadangan dan penyerangan di bumi Wiralodra Indramayu, pasukan M.A Sentot banyak menimbulkan banyak kerugian bagi tentara Belanda. Bahkan, banyak melukai serta menewaskan Tentara Belanda.

Namanya dicatat, sebagai pejuang yang gigih mengusir penjajah apalagi saat berperang di daerah dekat jembatan Cimanuk Indramayu yang sekarang terdapat tugu nol Km.

Dia ikut hijrah ke Jogyakarta dan Jawa Tengah kemudian Long March kembali Ke Jawa Barat. Setelah perang kemerdekaan usai dan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indoesia, MA Sentot naik pangkatnya menjadi Mayor dan menjabat sebagai Komandan Batalyon A Divisi Siliwangi.
Kemudian M.A Sentot naik menjadi Komandan Detasemen Subsistensi KMKB Bandung di tahun 1951. Setelah itu, ia menjadi Staf TT III Siliwangi di tahun1957, Siswa SSKAD di tahun 1957 dan di tahun yang sama naik pangkatnya menjadi Letkol.

Setelah lulus SSKAD, dia ditempatkan di Kalimantan Selatan, menjadi Komandan Batalyon 604 di Kotabaru Kalimantan Selatan dan menjabat Irtepe Koanda Kalimantan hingga menjadi Asisten II Deyah Koanda serta pernah mewakili Kepala Staf Deyah Koanda.

Pada Desember 1961 dia dipindah tugaskan dan ditempatkan sebagai Pamen SUAD III Mabesad di Jakarta. Pada Maret 1963, ia ditugaskan di Operasi Karya menjabat Asisten III dan Juni 1966 dipindahkan kembali ke Mabesad. Pada Oktober 1969, pangkatnya naik menjadi Kolonel, pensiun tahun 1980 dengan pangkat terakhir Kolonel.

Setelah pensiun, M.A Sentot kembali ketengah masyarakat dan tinggal di Desa Bugel, Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu. Beliau wafat tanggal 6 Oktober 2001. Berkat jasanya sebagai pahlawan perang kemerdekaan, ia dimakamkan di TMP Cikutra Bandung.

M. Alam Sukmajaya, ST, MM salahsatu putra M. A. Sentot dan juga Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Indramayu Jawa Barat (Foto: Red)

M. Alam Sukmajaya, ST, MM salahsatu putra M. A. Sentot dan juga Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Indramayu Jawa Barat mengatakan bahwa beliau sosok yang tegas, keras dan sangat memegang prinsip siapapun akan dilawan kalau tidak berpihak pada kepentingan rakyat, tidak gila pangkat dan jabatan bagi beliau pengabdian pada bangsa dan negara adalah segalanya padahal saat itu sebagai komandan batalion bisa berbuat apa saja tapi tidak dilakukannya dimasa hidupnya sederhana tidak neko-neko walaupun teman seangkatanya jadi wapres umar wirahadikusuma dan bahkan berapa kali diundang ke istana wapres beliau tdk mau datang.

“Beliau bilang biarlah saya disini saja jadi rakyat biasa, beliau juga dulu sangat dekat dengan Presiden Soekarno terlihat dari beberapa kesempatan beliau selalu bersama soekarno kami putra-putrinya pun dididik sangat keras dan disiplin hingga kami banyak belajar dari almarhum ayah kami sosok yang tegas, keras memegang prinsip tapi baik pada semua rakyatnya bahkan dalam satu kesempatan beliau bilang jangan sakiti rakyat, lebih baik melarat terhormat daripada kaya dengan cara minta-minta, ini yg selalu kami pegang sebagai putra putrinya hingga saat ini,” tegas Alam Sukmajaya, Senen (16/8/2021) yang juga sebagai Ketua Umum F-PRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Kabupaten Indramayu Jawa Barat yaitu Forum kemanusiaan yang bergerak di Mitigasi Bencana.

Untuk mengenang jasa-jasa beliau saat ini namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit M.A Sentot Daerah Patrol Indramayu Jawa Barat. (Kang Supardi)

  • Bagikan

Comment