Jakarta, tanganrakyat.id – Tingginya angka tawuran yang melibatkan anak di Jakarta Barat belakangan ini ternyata memiliki akar masalah yang cukup kompleks. Badan Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Jakarta Barat mengungkapkan bahwa salah satu faktor utamanya adalah kondisi tempat tinggal yang sempit dan kurang memadai, terutama di wilayah padat seperti Cengkareng, Kalideres, dan Tambora.
Kepala Bapas Kelas I Jakbar, Sri Susilarti, mencontohkan bagaimana keterbatasan ruang di rumah kontrakan kecil satu kamar membuat anak-anak harus bergantian tidur. “Di saat malam, sementara orang tuanya istirahat tidur, mereka (anak) bermain dengan teman-temannya,” ujar Sri, dikutip dari keterangannya di Jakarta, Rabu. (15/10).
Kondisi ekonomi warga yang tercermin dari tempat tinggal yang sempit ini dinilai secara sistemik memicu kenakalan remaja.
“Jadi memang ekonomi juga merupakan satu pencetus juga kenakalan-kenakalan terhadap anak,” tegasnya.
Selain faktor tempat tinggal, Bapas Jakbar juga menyoroti peran provokasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab, bahkan melibatkan orang dewasa. Sri Susilarti mengungkapkan, seringkali orang dewasa memanfaatkan anak-anak untuk tawuran, dan begitu terjadi kericuhan, orang dewasa tersebut melarikan diri, meninggalkan anak-anak yang akhirnya berhadapan dengan hukum.
”Setelah terjadi tawuran, orang dewasanya lari, sementara yang kena anak-anak. Karena anak-anak ini kan belum tahu. Asal diajak, ikut aja,” katanya.
Faktor lain yang tak kalah signifikan adalah provokasi yang mudah menyebar melalui media sosial antar sesama pelajar atau remaja. Tawuran juga sering dipicu oleh momen-momen tertentu seperti usai ujian, pengumuman sekolah, atau isu-isu yang beredar.
Menyikapi maraknya kasus ini, Bapas Jakbar telah melakukan berbagai langkah. Salah satunya adalah konseling intensif terhadap Anak Berhadapan Hukum (ABH) dan orang tua mereka.
Pada Senin (13/10) lalu, misalnya, 20 ABH dan orang tuanya diberikan konseling untuk mencari pemahaman dan solusi atas permasalahan yang muncul, termasuk kesulitan orang tua dalam memberikan perhatian karena tuntutan mencari nafkah.
Anak-anak yang dibina di Bapas Jakbar juga diberikan pembekalan keterampilan dunia kerja melalui kerja sama dengan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) atau pihak lain. “Contoh kemarin, pelatihan perawatan atau perbaikan AC, itu minatnya banyak,” ungkap Sri.
Selain itu, program preventif seperti “Bapas go to School” secara berkala digelar bekerja sama dengan kepolisian untuk memberikan penyuluhan hukum kepada pelajar, menegaskan bahwa tawuran akan berakibat pada sanksi pidana.
Baca juga:
67 Pelajar Diamankan di Cikarang, Gagal Gabung Aksi di Jakarta
Sejak Januari hingga Oktober 2025, Bapas Jakbar mencatat telah menangani 20 kasus tawuran yang melibatkan anak atau pelajar. Angka ini menjadikan Jakarta Barat sebagai wilayah terbanyak untuk kasus kekerasan yang melibatkan anak di DKI Jakarta












Comment