Pulau Biak, Saksi Bisu Perang Dunia II, Jadi Tempat Pemulangan Ribuan Kerangka Tentara Jepang

  • Bagikan
Pulau Biak, Saksi Bisu Perang Dunia II, Jadi Tempat Pemulangan Ribuan Kerangka Tentara Jepang (Foto: Red)

Biak, tanganrakyat.id  – Lebih dari 70 tahun setelah Perang Dunia II berakhir, Pulau Biak di Papua kembali menjadi sorotan dunia. Bukan karena keindahan alamnya, tetapi karena menjadi lokasi pemulangan ribuan kerangka tentara Jepang yang gugur dalam pertempuran sengit tahun 1939-1945.

Baca juga:

Legenda Pulau Emas yang Mengguncang Dunia, Ternyata Ada di Indonesia!

Pemerintah Indonesia dan Jepang, bersama Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, baru-baru ini mengadakan pertemuan penting untuk membahas repatriasi atau pemulangan kerangka-kerangka tersebut.

Wakil Bupati Biak Numfor, Jimmy CR Kapissa, mengungkapkan bahwa langkah ini adalah bentuk tindak lanjut dari kerja sama erat antara kedua negara.

“Keinginan Pemerintah Jepang untuk memulangkan kerangka tentara mereka, kami dari Pemkab Biak Numfor memberikan dukungan penuh sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama antara Jepang dan pemerintah Indonesia,” ujar Wakil Bupati Kapissa. Jumat (7/3),

Misteri 10.200 Tentara yang Gugur
Menurut data yang ada, sekitar 10.200 tentara Jepang gugur di Biak selama perang. Namun, hingga kini baru 4.227 kerangka yang berhasil ditemukan. Ini menyisakan misteri dan pertanyaan tentang keberadaan ribuan kerangka lainnya.

Tim ahli forensik dari Jepang terus melakukan penelitian dan identifikasi untuk mengungkap identitas kerangka-kerangka tersebut. Mereka juga menjalin komunikasi dengan masyarakat setempat, memberikan kompensasi bagi penemuan kerangka, sebagai bentuk penghargaan dan kerja sama.

Pemerintah Jepang berencana untuk kembali mengunjungi Biak pada Juli dan November 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk melanjutkan proses identifikasi dan pemulangan kerangka yang telah ditemukan.

Valentinus Sriwijaya Atmoko, Pamong Budaya Kementerian Kebudayaan RI, berharap proses ini berjalan lancar dan mendapat dukungan dari masyarakat Biak Numfor. “Semoga rencana pemulangan kerangka tentara Jepang yang gugur di Pulau Biak dapat berjalan lancar sesuai jadwal yang disepakati bersama,” katanya.

Repatriasi ini bukan sekadar proses pemulangan jenazah. Ini adalah upaya untuk menghormati sejarah, menjalin perdamaian, dan memperkuat hubungan antara Indonesia dan Jepang. Pulau Biak, dengan segala keindahan dan sejarahnya, menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang ini.

  • Bagikan

Comment